Sabtu, 13 Agustus 2016

SAFETY LEADERSHIP CHARACTERISTIC


Safety leadership saat ini merupakan topic yang sangat “hot” baik bagi para praktisi maupun akademisi K3. Safety leadership telah menjelma menjadi kebutuhan yang sangat mendesak untuk segera diterapkan oleh semua pihak yang concern pada dunia K3.

Safety leadership sendiri sebenarnya adalah sebuah istilah yang kaya akan makna dan kaya akan konsep. Tidak ada satupun hingga saat ini yang berhasil membuat sebuah definisi tunggal dan diterima banyak pihak. Ini menunjukkan bahwa pemahaman atas dua kata tersebut sangatlah luas, terutama pemahaman atas bentuk bagaimana kedua kata tersebut dijalankan.

Meski definisi yang dapat diterima secara luas belum didapatka, namun sejumlah akademisi dan praktisi sepakat atas karakteristik
safety leadership yang diajukan oeh Thomas R. Kause. Bahkan OGP sendiri dalam reportnya No 452 yang dirilis tahun 2013 memakai kerangka Krause ini sebagai alat analisis di laporannya.

T.R Krause mengkategorikan karakteristiks afety leadership dalam 7 kriteria, yaitu
·         Kredibilitas
·         Berorientasi pada aksi
·         Vision (penglihatan)
·         Akuntabilitas
·         Komunikasi
·         Kolaborasi dan
·         Umpan balik & Penghargaan

Oleh Thomas R. Krause, ke 7 poin inilah yang dianggap sebagai pilar pembentuk Budaya K3 (Safety Culture)

1.    Kredibilitas
Adalah kualitas seseorang dalam menjaga kepercayaan dan memberikan kepercayan kepada anggota timnya. Beberapa perilaku yang mencerminkan kredibilitas adalah mengakui kesalahan, menghormati dan menjaga martabat orang lain, mendukung apa yang sudah diputuskan oleh tim, memberi informasi yang benar walau diberikan s anksi, memberi kesempatan yang lain untuk menyampaikan ide dan menunjukkan perhatian yang serius pada kondisi psikologis pekerja dll

2.    Berorientasi Pada Aksi
Banyak praktisi K3 di Indonesia mengidentikkan Safety Leadership seperti pepatah dari KI Hajar Dewantara. Asumsi ini tidak dapat disalahkan tapi juga tidak dapat dibenarkan. Namun demikian kerangka Krause dapat dipakai untuk memotret safety leadership suatu perusahaan. Salah satunya adalah dengan menggunakan kerangka Berorientasi pada aksi.

Contoh nyata pada kerangka ini adalah menyetop / menghentikan semua kegiatan operasional apabila tidak ada informasi risiko dan cara menanggulangi risiko itu secara memada, selalu mendistribusikan (sharing) pengetahuan atau informasi K3, menghindarkan Jump to Conclusion dll
3.    Vision (Penglihatan)
Kerangka ini dimaksudkan agar semua praktisi K3 yang mengembangkan leadership harus tidak boleh terlalu lamban untuk mengamati pergerakan atau trend dari safety performance (Trend Lagging dan Leading Indicator). Dari trend inilah akan terlihat gap yang ada dan selanjutnya ini berpengaruh kepadda value dan belief yang sudah dijalankan melalui prosedur operasi. Mengamati dan mengevaluasi “Defisiensi” merupakan bagian kritikal dari kerangka ini.

4.    Akuntabilitas
Secara matematis, Akuntabilitas = Reasonability + Evaluation. Tidak ada pengukuran maka tidak ada akuntabilitas. Safety Leadership selalu menuntut fakta dan data yang terukur, akurat serta valid dengan menggunakan kaidah atau metodologi yang diakui / realible. Seorang leader selalu menjelaskan metodologi atau kaidah reliable yang dipakai untuk mendapatkan data kepada anggota timnya karena nantinya apa yang dilakukan oleh tim tersebut menjadi tanggung jawabnya (Responsibility) dan dapat dilakukan kajian (Evaluation) karena datanya memiliki validitas dan realibilitas yang tinggi.

5.    Komunikasi
Merupakan kerangka ujung tombak dalam menerapkan safety leadership. Penggunaan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti merupakan kunci utamad ari elemen ini. Factor-faktor lain yang berpengaruh adalah kemampuan menjelaskan secara detail mengenai tujuan K3 yang hendak dicapai, memberikan umpan balik yang positif dan bermartabat, menunjukkan apresiasi yang tinggi kepada semua anggota tim ketika mereka menyampaikan pendapat atau koreksinya kepada hal yang disampaikan oleh leader dan yang paling penting adalah selalu mengedepankan prinsip-prinsip efektifitas dalam berkomunikasi.

6.    Kolaborasi
Tidak ada keberhasilan yang muncul dari One Man Show. Semua keberhasilan adalah muncul dari kerjasama tim yang padu, saling percaya dan saling menghargai. Kerangka kolaborasi dalam penerapan di Safety Leadership selalu memberikan ruang kepada seluruh anggota tim untuk menerima arahan dan dukungan yang sama.
Leader memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggotanya untuk bertanya dan memberikan pandangan atas suatu masalah K3. Sikap encouragement dan listening harus dikedepankan dan ditunjukkan secara nyata agar semua pihak merasa diberikan “peran” yang sama dalam mengelola dan menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dari K3.

7.    Umpan balik dan Penghargaan
Bagaimanapun juga perilaku manusia merupakan kritikal factor yang sangat mempengaruhi kinerja K3. Kerangka umpan balik ini ditekankan untuk merubah perilaku semua pihak yang mempengaruhi kinerja K3. Umpan balik perilaku di satu sisi merupakan hal yang sangat sensitive bila dimanage dengan baik. Oleh karena itu sangat disarankan dalam kerangka ini bahwa semua umpan balik dalam data yang terukur, realible dan valid. Proses pemberian umpan balik pun sangat dianjurkan untuk menggunakan pola konstruktif umpan balik, artinya yang dicari adalah latar belakang dari kenapa bisa ada deviasi perilaku dan bukan mencerca motivasi atau niatan melakukan deviasi perilaku.


Penulis:  Gilang Adhi Prabowo (13610014)
Sumber:  Roslinormansyah, ST, MS (Kopdar 6 HSE Indonesia Regional Jakarta)

Tidak ada komentar: