Senin, 30 November 2015

5 NEGARA TEMPAT MELANJUTKAN STUDI S2



Bisa kuliah gratis di luar negeri memang suatu kebanggaan setiap orang. Namun, tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan berharga tersebut. Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan membuat semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan beasiswa di negara yang akan ia tuju. Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Kuliah di negara yang membebaskan biaya secara penuh bisa menjadi alternatif yang bisa dilakukan. Negara mana saja yang meng-cover semua biaya pendidikan tersebut?

1.    FINLANDIA

Sistem pendidikan Finlandia adalah yang terbaik di dunia dan merupakan salah satu negara yang menyediakan fasilitas kuliah gratis. Di negara tersebut, biaya pendidikan Strata 1 (S1)
hingga Strata 3 (S3) di gratiskan! Baik bagi mahasiswa lokal maupun mahasiswa internasional dari sejumlah negara. Mengapa negara ini begitu peduli akan pendidikan? Ternyata hal ini di dorong oleh kultur budaya dari warga Finlandia itu sendiri. Masyarakat di negara tersebut sangat aktif dalam mendorong adanya gerakan gemar membaca. Bahkan, sejak masih anak-anak para orang tua di negara tersebut sudah menanamkan pentingnya membaca.

Finlandia merupakan negara terbesar yang menerbitkan buku anak-anak dibanding negara lainnya. Untuk setiap bayi yang lahir di dalam suatu keluarga di beri ‘maternity package’ (paket materi) pendidikan yang berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah dan bayi itu sendiri. Mengapa hal tersebut diterapkan? Alasannya, PAUD adalah tahap belajar pertama dan tahap paling kritis dalam belajar sepanjang hayat. Sebesar 90% pertumbuhan otak terjadi pada usia balita, sehingga sebelum anak masuk SD (7 tahun) ia sudah memiliki kesiapan mental dalam pendidikannya.

Sistem pendidikan yang dijalankan tergantung institusi pendidikan masing-masing. Guru diberi kebebasan melakukan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks. Hebatnya berbagai media di Finlandia juga turut menyukseskan sistem pendidikan yang ada. Berbagai stasiun TV yang menyiarkan program berbahasa asing disertai dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak yang menonton TV bisa langsung belajar dengan audiovisual tersebut.

Ada hal unik dengan sistem pendidikan di negara tersebut, yakni siswa yang memasuki kelas harus melepaskan sepatu dan hanya menggunakan kaos kaki. Guru yang mengajar pun berkualitas, lulusan program magister dan dipilih berdasarkan peringkat 10 besar dari masing-masing universitas. Tidak seperti di Indonesia, di Finlandia Ujian Nasional (UN) hanyalah sebagai ujian percobaan (Matriculation Examination) untuk masuk perguruan tinggi dan tidak dijadikan sebagai tolok ukur untuk bisa memasuki bangku kuliah.

Semua biaya pendidikan di Finlandia di cover oleh pemerintah. Segala kebutuhan yang berbau pendidikan akan di gratiskan. Namun, tidak dengan biaya hidup. Sehingga masing-masing siswa harus menanggung biaya hidup masing-masing. Lalu, bagaimana menyiasati biaya hidup selama di Finlandia?

Pemerintah Finlandia memberikan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan bekerja part time dengan durasi waktu maksimal 20 jam per minggu. Dengan bekerja selama 20 jam per minggu, penghasilan yang di dapatkan bisa untuk memenuhi biaya hidup di Finlandia selama sebulan, yakni sekitar 600 Euro. Jalan lain yang bisa ditempuh yakni dengan dana dari lembaga yang menghibahkan beasiswa.

2.    SWEDIA

Swedia adalah salah satu negara kaya di dunia dengan kondisi lingkungan yang relatif aman dan memiliki iklim pendidikan yang sangat mendukung semangat belajar dengan fasilitas modern, perpustakaan dan tenaga pengajar yang berpengalaman. Sebagai negara maju hampir semua bidang pendidikan tersedia di Swedia. Mulai dari ilmu alam, teknik, musik, teater, bahasa, sosial politik atau ekonomi. Semua diajarkan oleh tenaga pengajar yang profesional dan berkompeten.

Penghargaan Nobel Prize yang bergengsi bisa dijadikan bukti bahwa negara ini sangat kondusif. Penganugerahan yang dilakukan setiap tahunnya di Stockholm Concert Hall setiap tahunnya pada bulan Desember, yang kemudian dilanjutkan dengan jamuan makan di Balai Kota (Stadshuset). Siswa internasional yang belajar di Stockholm akan diundang oleh Dewan Kota Stockholm untuk menghadiri jamuan makan malam di Stadshuset pada semester pertama masa studi mereka. Hebatnya, biaya kuliah di Swedia secara keseluruhan adalah GRATIS alias tidak ada pungutan apapun, dan hal itu tanpa memandang kewarganegaraan seseorang. Kamu bisa belajar di Swedia untuk setiap jenjang pendidikan yang diinginkan mulai dari S1, S2 atau S3.

Bahasa pengantarnya merupakan bahasa Inggris. Secara umum kamu tidak perlu bisa berbahasa Swedia untuk bisa belajar disini, asalkan memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang memadai itu lebih dari cukup. Mengapa mayoritas menggunakan Bahasa Inggris? Karena hampir semua masyarakat Swedia mampu berbahasa Inggris dengan baik, dan banyaknya program pendidikan yang diselenggarakan dalam Bahasa Inggris. Untuk S1, tersedia beberapa program yang diadakan dalam bahasa Inggris. Begitu pula dengan program S2, ada banyak yang tersedia dalam bahasa Inggris dan hampir untuk semua jurusan. Sedangkan untuk program S3, pada umumnya selalu menggunakan Bahasa Inggris. Hal ini mendorong berbagai mahasiswa internasional dari berbagai negara bisa memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan di Swedia.

Untuk bisa mengenyam pendidikan di Swedia dengan lancar, kamu harus memenuhi syarat sebagai berikut :
*      Hasil tes TOEFL dengan minimal 550 untuk paper-based, 213 untuk computer-based dan 79 untuk internet-based
*      Hasil tes IELTS dengan minimal overall score 6.0 dan tidak ada band dengan nilai kurang dari 5.0

Persyaratan ini biasanya dihapuskan bila kamu pernah mengenyam pendidikan tinggi yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar minimal 3 tahun. Dapat dibuktikan dengan surat keterangan.

Dalam dunia pendidikan di Swedia, setelah 3 tahun kuliah mahasiswa berhak mendapat gelar Kandidatexamen, setelah 4 tahun mendapat Magisterexamen (sering dianggap sebagai gelar master untuk lingkup Swedia tetapi tidak diakui secara internasional), 5 tahun kuliah mendapat Masterexamen (berdasarkan sistem yang baru ini dan merupakan gelar master yang diakui secara internasional). Untuk tingkat S3 atau doktoral masih banyak departemen yang memiliki program selama 4 atau 5 tahun. Dan dalam sistem yang sekarang setelah melewati 2 tahun pertama akan ada semacam ujian untuk mendapatkan Licenciate Degree (Licenciatexamen) dan diakhir tahun ke-4 atau ke-5  ada ujian akhir untuk mendapatkan gelar doktoral (Doktorsexamen).

Di Eropa sedang diadakan reformasi dalam bidang pendidikan untuk menstandarisasi sistem pendidikan dan juga untuk menghilangkan keterbatasan fasilitas pendidikan. Yakni dengan menerapkan sistem ECTS. ECTS merupakan singkatan dari European Credit Transfer and Accumulation System akan digunakan oleh institusi pendidikan yang ikut menandatangani Bologna Declaration. 1 tahun ajaran terdiri dari 60 ECTS dan 1 poin = 1,5 ECTS. Mulai tahun ajaran 2007/2008 ECTS akan mulai digunakan secara luas dalam institusi pendidikan swasta.

Berkaitan dengan Bologna Process, maka sistem gelar di Swedia juga akan mengikuti perkembangan di Eropa dengan formula 3+2+3. Bachelor (S1) 3 tahun, Master (S2) 2 tahun dan Doktoral (S3) 3 tahun mulai tahun ajaran 2007/2008. Namun, dalam kenyataannya masih terdapat banyak variasi lamanya program Doktoral antara 4-5 tahun dan syarat masuknya juga berbeda-beda.

3.    JERMAN

Siapa yang tidak tahu Jerman, negara tempat Habibie (mantan Presiden Indonesia ke-3) menempuh pendidikan ini merupakan salah satu negara adidaya yang mengedepankan teknologi. Sebagai negara yang maju dan mengedepankan pendidikan, Jerman memberikan pembebasan biaya dari segala aspek pendidikan. Hingga saat ini pemerintah Jerman tetap konsisten dalam memberikan pembebasan biaya kuliah di universitas-universitas di Jerman.

Tidak hanya biaya kuliah yang gratis, biaya pendidikan gratis di Jerman berlaku untuk semua tingkat pendidikan. Pemerintah disana membebankan pajak yang tinggi kepada rakyat. Hasilnya dikembalikan lagi dalam bentuk pendidikan dan kesehatan yang gratis. Sangat adil bukan?

Untuk menempuh pendidikan di Jerman, kita hanya perlu menanggung biaya hidup. Jumlahnya kurang sama dengan di negara-negara lain, termasuk Indonesia, bahkan bisa lebih kecil. Biaya hidup selama kuliah di Jerman pun sebenarnya bisa lebih ringan, jika si mahasiswa mau mencari pekerjaan part time yang banyak tersedia di negara tersebut.

Bekerja secara part time dengan durasi kerja maksimal 20 jam per minggu, kita bisa mendapatkan 325 Euro per bulan. Masa liburan yang cukup panjang, yakni selama 3 bulan bisa kamu manfaatkan dengan bekerja full time. Dengan jumlah waktu 40 jam per minggu, kita bisa mendapatkan penghasilan dengan rata-rata 750-1000 Euro per bulan.

Universitas di Jerman mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti magang selama masa program kuliah di berbagai perusahaan di Jerman. Tidak seperti di Indonesia, magang di Jerman di gaji antara 300-1000 Euro per bulan dan dilakukan minimal selama 2 semester. Selain biaya hidup, yang juga harus diperhitungkan bagi para calon mahasiswa adalah perlunya mempersiapkan berbagai infrastruktur yang diperlukan saat tiba di Jerman. Mulai dari penjemputan di bandara, pengadaan apartment atau tempat tinggal, pengurusan asuransi, pengurusan keimigrasian dan berbagai pengurusan dokumen perkuliahan yang akan sangat berat bila dilakukan sendiri oleh para calon mahasiswa.

Setelah lulus kuliah dan kembali ke tanah air, para alumni pun biasanya mendapatkan bantuan dari pemerintah Jerman berupa transport dan tiket pulang maksimal senilai 2000 Euro, buku-buku senilai 100 Euro per tahun, dan gaji sebesar 450 Euro per bulan selama 18 bulan, serta bantuan peralatan kerja sebesar 10.000 Euro.

4.    MESIR

Jika menyebut Timur Tengah, pasti yang pertama terlintas di benak kita adalah negara Mesir. Mesir telah dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan dunia ribuan tahun lalu. Sistem pendidikan yang maju, menjadikan daya tarik mahasiswa baik lokal maupun internasional untuk menuntut ilmu di negara dengan lambang Piramida dan Sphinx tersebut. Setiap tahunnya ribuan mahasiswa dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, menuntut ilmu di Mesir.

Mesir memiliki kampus yang cukup terkenal di dunia, yaitu Universitas Al Azhar yang menjadi Universitas favorit berbagai mahasiswa. Institusi pendidikan ini terkenal akan program beasiswanya yang diberikan secara berkesinambungan setiap tahun. Al-Azhar menyediakan beasiswa dari tingkat sarjana hingga doktoral. Lulusan dari Universitas Al-Azhar memiliki berbagai pengaruh yang luar biasa, salah satunya Habiburrahman El – Shirazzy atau yang biasa dipanggil Kang Abik.

Sebagai informasi, kuliah di Al-Azhar gratis, yang diperlukan hanya biaya hidup (living cost). Itupun relatif murah, hanya sebesar Rp 500.000,- per bulan. Wow, terbilang murah bila dibandingkan dengan biaya hidup di Indonesia. Dengan kualitas pendidikan kelas dunia dan biaya hidup yang murah tentu saja Mesir dilirik oleh para calon mahasiswa. Setiap tahunnya, mahasiswa internasional dari berbagai negara turut berkontribusi dalam menempuh pendidikan di negara tersebut.

Al-Azhar sebagai universitas ke-2 tertua di dunia ini telah menghasilkan berbagai lulusan yang berkualitas. Terutama dalam peradaban Islam. Al-Azhar telah mencetak ulama-ulama, pemikir besar, dan para cendekiawan terkenal di dunia. Al-Azhar dengan ideologi “washathiyah” nya selalu memberikan pembaharuan dalam peradaban Islam. Peranannya, tidak pudar dalam kemajuan peradaban umat. Ia selalu memberikan pembaruan dan pemikiran yang segar pada umat. Dari awal berdirinya, hingga saat ini peranannya terus dinantikan.

5.    TAIWAN

Sebagai negara yang tumbuh dan berkembang, Taiwan terus memperbaiki sistem pendidikannya agar lebih berkualitas. Lebih dari 10 tahun Taiwan terus membukan kesempatan untuk mahasiswa internasional untuk bisa kuliah di negara tersebut dengan berbagai jalur beasiswa. Namun, baru 4-5 tahun terakhir perkembangan mahasiswa internasional di negara tersebut berkembang dengan pesat. Saat ini jumlah mahasiswa internasional di Taiwan berada di kisaran lebih dari 40 ribu orang, sebagian besar mengambil pendidikan bahasa mandarin (baik gelar maupun non gelar), dan sisanya di jurusan lain.

Beberapa universitas di Taiwan tidak memungut biaya untuk mahasiswanya alias GRATIS. Bahkan University of Taipei, menawari gratis uang kuliah untuk jenjang S2. Jadi wajar, kalau di Taiwan ada sekitar 2 ribu mahasiswa dari Indonesia. Beasiswa yang ditawarkan tersebut bisa berupa pelatihan bahasa mandarin, proyek ristek bahkan kelas internasional S1 sampai S3 dalam bahasa Inggris. Beberapa program studi unggulan Taiwan terbuka untuk mahasiswa asing. Diantaranya adalah :
v  Ilmu komputer/semikonduktor
v  Teknik
v  Pertanian
v  Perikanan
v  Kesehatan, dan
v  Bisnis/keuangan

Beasiswa yang paling difavoritkan disini ialah Beasiswa Pemerintah Taiwan (Taiwan Scholarship). Untuk S2 dan S3 mendapat uang saku NT$20.000 atau Rp 6.600.000,- (NT$ 1 = Rp 330) dan biaya kuliah NT$ 40.000 per semester. Beasiswa ini dibuka setiap bulan Maret setiap tahunnya (bisa kunjungi www.teto.or.id).

Beasiswa lainnya adalah ICDF Scholarsip. Selain mendapat uang saku NT$ 15.000 (S2) dan NT$ 17.000 (S3) per bulan, mahasiswa yang lulus juga mendapat fasilitas tiket pesawat terbang (PP), asrama, biaya kuliah, asuransi dan biaya buku. Periode pendaftaran beasiswa ini sekitar bulan Maret setiap tahunnya (info lebih lanjut bisa kunjungi www.icdf.org.tw)

Selain itu setiap kampus juga menawarkan beasiswa tersendiri. Misalnya
Ø  Tipe A, beasiswa penuh (uang saku mulai NT$ 6000-10.000 per bulan, bebas biaya kuliah dan gratis biaya asrama)
Ø  Tipe B (bebas biaya kuliah + gratis biaya asrama
Ø  Tipe C (hanya gratis biaya asrama)

Pemberian beasiswa ini dipengaruhi oleh nilai TOEFL dan linearitas disiplin ilmu pelamar saat seleksi. Nilai tambah lainnya, hampir seluruh kampus menawarkan kelas kursus bahasa mandarin gratis selama masa studi.

Bagaimana dengan biaya hidup yang harus ditanggung oleh masing-masing penerima beasiswa? Mahasiswa bisa menjadi asisten riset profesor. Untuk bagian ini gajinya cukup memuaskan, atau jika ingin bekerja sebagai pelayan restoran, penjaga toko atau buruh pabrik, maka upah minimum berkisar NT$ 100 per jam. Bagi yang mahir berbahasa mandarin bisa dapat NT$ 5.000 per minggu.

Tidak ada komentar: