Jumat, 27 Maret 2015

IRI? WAJAR KOK ITU...



“Ih, kok dia IPnya tinggi terus sih tiap semester. Mata kuliah yang sulit aja dia bisa dapat A. Hmmm, kok bisa yaa? Jangan-jangan dia…”
Ketika kawanmu sukses, sudah seharusnya kamu ikut senang melihat prestasinya. Kerja keras yang sudah ia kerahkan selama ini berbuah juga. Namun apa jadinya bila kamu malah curiga, ragu dan tak percaya? Hati-hati! Bisa jadi kamu sudah dihinggapi perasaan iri.
Iri notabene adalah sebuah kewajaran dan itu manusiawi kok. Tapi saat perasaan itu sudah tidak dapat dikendalikan, bisa-bisa kamu jadi manusia yang bukan kamu lagi. Kamu mulai menjadi orang lain. Kamu yang tadinya tulus dan baik hati, berubah menjadi mulai menyindir atau menggosipkan kawanmu yang lebih sukses. Kamu yang tadinya bersemangat
untuk mencetak kesuksesan yang sama jadi merasa diperlakukan dengan tidak adil dan terus meratapi nasib dengan merapal keluhan demi keluhan. Namun rasa iri juga bisa kamu ubah menjadi bahan bakar untuk semangatmu. Ia justru bisa meroketkan lebih cepat mencapai kesuksesan untuk dirimu

HEMBUSKAN NAFAS PERLAHAN DAN AKUI RASA IRIMU. KAMU AKAN LEPAS DAN BEBAS DARI PENDAMAN PERASAAN YANG MEMBELENGGU
Manusia memang tidak selalu merasa ‘aman’ dan berkecukupan. Rasa iri mudah tumbuh ketika kita merasa kekurangan dan tersaingi. Bila kamu sudah terdeteksi mengidap rasa iri, cobalah jujur meskipun hanya pada dirimu sendiri. akuilah dengan lapang dada kalau kamu memang iri dengan kawanmu. Terima bahwa penyebabnya adalah kesuksesannya yang mungkin datang lebih cepat dan lebih besar dari yang kamu sangka. Mungkin juga kamu melihatnya selalu bahagia, lengkap dengan kekasih, suami/istri, pekerjaan, anak atau orangtua yang sangat mencintainya. Kamu membandingkan semua yang dia miliki dengan kekurangan diri. Perlahan, mulailah terseai rasa iri di hati.
Hanya memendam rasa iri dalam hati akan membuatmu lebih mudah berpura-pura bahwa kamu tidak punya rasa iri sama sekali. Rasa iri itu jadi tidak diakui oleh pemiliknya sendiri. padahal, sesuatu yang tidak diakui keberadaannya jadi sulit untuk dikontrol. Akibatnya, rasa irimu tumbuh dengan liar layaknya semak belukar.
Berbeda ketika kamu mengakui bahwa kamu memang iri. Dengan megakuinya, kamu bisa lebih mudah menghadapi rasa iri itu. Mengakui bahwa kita iri membuat kita berani mempertanyakan sinisme dan prasangka yang sadar-tak sadar ada di kepala kita. Jika seseorang bisa menjadi lebih bijak dalam hidupnya, mungkin itulah rahasianya.

RASA IRI ADALAH TANDA BAHWA KAMU TIDAK PUAS DENGAN KONDISI PRIBADI SAAT INI. RENUNGI DAN CARI APA YANG BISA DIPERBAIKI, DIBUANG ATAU DIKURANGI BAHKAN DITAMBAH SEHINGGA KEPUASAN DALAM DIRIMU AKAN MULAI TUMBUH TERHADAP APA YANG ADA DI KONDISIMU SAAT INI
“Apa bagusnya dia dari aku? Aku kan sudah lama di organisasi ini. Aku menguasai sema hal dan menganal semua anggota. Lah dia? Cuma anak baru.”
Meski pendapatmu bisa jadi ada benarnya, alangkah baiknya jika kamu tidak terjebak menanyaan hal yang itu-itu saja. Pasalnya, dengan mengajukan pertanyaan itu kamu hanya memfokuskan diri pada dia dan kesuksesannya, bukan kamu dan masa depanmu.
Coba alihkan pertanyaanmu itu menjadi sesuatu yang lebih introspektif dan berhubungan dengan dirimu, misalnya dengan,
“Apa yang harus aku perbuat lagi yaa supaya aku bisa sesukses dia?”
“Apa lagi yaa yang harus ditambah, dikurangi atau diperbaiki?”
Bukankah pertanyaan-pertanyaan di atas lebih introspektif, positif dan bermanfaat untuk dirimu? Yuk, dibandingkan hanya dengan merapal keluhan, kamu bisa kok bertanya tentang hal diatas untuk kesuksesan kamu kelak.

JANGAN SAMPAI KAMU SANGAT IRI SAMPAI BERKATA BAHWA KESUKSESAN DIA HANYA KEBERUNTUNGAN SAJA. BISA-BISA, KAMU LUPA BAHWA KERJA KERAS ADALAH KUNCI DARI SEGALANYA
“Yah, diamah sukses karena kebetulan aja. Emang lagi rejekinya kali. Kalau gua belum sukses, itu bukan rejeki gua lah…”
Kalau kamu selamanya melihat kesuksesan sebagai sebuah kebetulan atau keberuntungan, niscaya kamu tidak akan pernah sukses karena kamu hanya akan pasrah menunggu keberuntunganmu jatuh seperti durian runtuh. Bekerja dan berusaha akan kamu percaya sebagai sesuatu yang sia-sia dan hanya membuat waktu. Malahan kamu hanya akan sibuk meusingkan orang lain, bukannya membanting tulang demi perbaikan diri.
Semua orang berhak untuk sukses. Ya, berhak! Kesuksesan sendiri itu diukur dan terjadi karena usaha dan kerja keras dari seseorang yang menginginkannya. Terus menerus menyalahkan dan membodohkan diri sendiri, meratapi nasib, sampai menyalahkan orang lain tidak akan pernah mengubah nasibmu. Semakin sering terlarut dan menganggap diri sendiri sebagai pecundang juga akan membunuh rasa percaya dirimu. Konsentrasi dan kinerja memburuk, hidup pun akan tidak menentramkan lagi. Bukankah Tuhan sudah berfirman seperti ini?
“Innalaha la yughayyiruma biqoumin, hatta yughayyiruma bianfusihim”
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu yang merubah nasibnya.”

SEBELUM TENGGELAM DALAM RASA IRI, TUJUAN AWAL DAN CITA-CITA LAYAK DIKENANG LAGI. SEMANGATMU BISA KEMBALI MELETUP-LETUP SEPERTI KEMBANG API
Ketika kamu merasa sedih dan ingin menyerah, coba ingat lagi alasan pertamamu untuk bergabung di organisasi/pekerjaan yang kini kamu tekuni. Kamu akan ingat lagi bahwa alasanmu melakukan ini adalah lebih dari pengakuan atau uang semata. Mungkin pekerjaanmu sekarang adalah passion yang sudah lama kamu tunggu-tunggu, mungkin kamu terjun kesini karena fleksibilitas waktu yang diberikan perusahaan, mungkin kamu aktif di organisasi ini karena ingin melakukan sesuatu untuk sesama. Bila mengingatnya lagi, kamu akan lebih merasa bersyukur dan bangga karena setidaknya tujuan awalmu terjun kesini sudah tercapai. Semangatmu bisa kembali dan perasaanmu menjadi lebih baik. Konsentrasi dan focus kerjamu akan lurus seperti pada awal mula kamu memulai pekerjaan atau kegiatanmu ini.

BERBAGI ILMU ADALAH SESUATU HAL YANG POSITIF. MEMBERANIKAN BERTANYA PADA ORANG YANG SUKSES TERSEBUT BISA MENJADI AWAL KESUKSESAN PRIBADIMU.
Sesekali dekatilah kawan yang selama ini menjadi penyebab rasa irimu. Dekatilah dengan niatan yang baik dan berbincanglah dengannya. Mintalah resep atau tips agar bisa menjadi sesukses kawanmu dan kamu bisa men-copy paste rahasia suksesnya. Namun, copy paste berlaku hanya sebatas pada usaha dan kerja kerasnya ya! Jangan karena kamu ingin sesukses kawanmu, kamu sampai mengikuti gayanya. Tetap be yourself and always like that J

EVALUASI ITU SANGAT PENTING. GUNAKAN CATATAN AGAR MENGERTI TRACK RECORD PENCAPAIANMU DAN KAMU BISA TAHU APAKAH USAHAMU SUDAH MAKSIMAL ATAU BELUM
Mulai sekarang buatlah catatan hasil kerjamu dalam sebuah buku khusus. Catatlah hasil kerja per minggu, per bulan, per semester dan per tahun. Setiap periode tertentu, tinjaulah kembali catatan-catatan tersebut. Dari catatan inilah kamu punya bukti apa saja keberhasilan kamu selama ini. Bila hasilnya bagus, kamu bisa menunjukkan itu pada pimpinan. Dengan menunjukkannya, kamu dapat bertanya tentang apa yang ia pikirkan tentang kinerjamu dan mengapa kondisimu stagnan-stagnan saja. Tidak semua pimpinan mengerti betul bagaimana kinerja bawahannya. Karenanya, kamu perlu proaktif terhada hal ini.

JIKALAU MEMANG ADA YANG JANGGAL DENGAN KESUKSESAN KAWANMU, LAKUKANLAH SESUATU. MUNGKIN INI TANDA UNTUK BERTINDAK TEGAS DA KELUAR DARI ZONAMU
Jikalau kamu telah mendekati kawanmu yang sukses itu dan malah menemukan sesuatu yang janggal – sementara hasil kerjamu yang lebih baik tidak diapresiasi dengan layak oleh pimpinan/atasan- sebaiknya kamu lebih peka terhadap situasi. Mungkin benar jika kamu sudah diperlakukan dengan tidak adil.
Kalau memang begini kasusnya, jangan terus-menerus pasrah dengan keadaan. Jika kamu tidak bisa mengubahnya, yang terbaik adalah keluar dari zonamu – entah itu pindah kerja atau keluar dari organisasi tempatmu sekarang. Yang jelas, jangan ragu untuk melakukan sesuatu. Kalau terlau lama membiarkan keadaan itu, bisa-bisa rasa iri dan sinisme lebih dulu membakarmu hingga yang tersisa hanya abu.

Rasa iri adalah sesuatu yang wajar, asal tidak berlebihan. Jika ia bisa sesukses sekarang, kenapa tidak kamu gunakan itu sebagai alat untuk mendongkrak prestasimu?

Tidak ada komentar: