Kamis, 26 Maret 2015

TERUNTUK DIRIKU YANG SEDANG BERUSAHA MEMPERBAIKI DIRI


Halo diriku…
Apa kabarmu saat ini?
Apakah kamu masih menjadi sosok yang sama?
Sosok berkepala batu dengan ego yang selalu memenuhi udara?
Semoga saja tidak lagi.

Hai, ini aku, dirimu yang saat ini sedang tidak tenggelam dalam ego. Ya, aku menulis surat ini demi memperbaiki diriku sendiri. aku ingin membuat kita tidak lagi gemar menang sendiri sekaligus mengingatkan bahwa banyak orang
di sekitaran yang tanpa kamu sadari sudah diabaikan. Lewat surat ini aku berusaha membantumu untuk tetap berpijak pada bumi dan mampu berbuat kebaikan selagi kamu masih bisa menghela udara di hidupmu.

WALAU SERING MERASA DUNIA KURANG ADIL PADAMU, SESUNGGUHNYA DI SISIADA ORANG-ORANG YANG BEGITU MENYAYANGIMU
Mungkin kamu belum menyadari benar bahwa dari sekian milyar manusia yang memenuhi bumi, kamu termasuk dalam golongan yang beruntung. Ya, kamu memiliki ayah, ibu saudara bahkan kawan yang selalu ada di sekitaran. Ada sosok ayah yang siap sedia membanting tulang memenuhi kebutuhan. Ada pula ibu yang merawat dengan penuh kasih dan tak pernah alpa menuturka wejangan, membuatmu selalu dalam jalur yang benar.
Selain orang tua, ada juga sosok saudara yang walaupun menyebalkan namun sebenarnya mereka benar-benar peduli pada keadaanmu. Ah, dan masihkah kamu ingat bahwa kamu selalu memiliki kawan di dalam hidupmu? Para sahabat yang selalu ada untuk berbagi tempat di saat hatimu terbelah menjadi dua. Mereka juga selalu sedia telinga, tak perna jemu, walaupun kamu selalu merapal cerita yang sama tiap waktunya.
“Dengan banyaknya orang yang mencintaimu apa adanya, masihkah kamu merasa kurang beruntung sebagai manusia?”

MEREKA DENGAN SABAR MENERIMA SEGALA TINGKAH KONYOLMU SEBAGAI MANUSIA. SEMENTARA KAMU JUSTRU SERING MEMANDANG KEBAIKAN MEREKA SECARA SEBELAH MATA
Memang manusia tidak bisa meminta watak apa yang meekat pada dirinya ketika dilahirkan. Begitu pula kamu, kamu memang memiliki karakter yang keras dan tegas. Bahkan terkadang orang-oang di sekitarmu harus berapang dada untuk berhadapan dengan kepala batumu. Sadarkah kamu bahwa egomu selalu memegang kendali dan memenuhi udara?
Ya, kamu sering ingin menang sendiri. Terkadang kamu juga tenggelam ke dalam rasa iri yang sering membuatmu membenci teman tanpa alasan yang jelas. Saat ada beberapa teman yang berhasil meraih penghargaan, kamu akan mengucapkan dengan hati setengah dan senyum yang tidak terlalu merekah.
Dipenuhi dengan orang-orang baik hati yang memiliki rasa tulus mencintaimu juga tidak membuatmu meresa lebih baik. Kamu justru merasa bahwa kebaikan yang mereka lakukan merupakan sebuah kewajiban. Sehingga kamu pun lebih gemar mengabaikan. Berpikir bahwa toh usia mereka semua masih panjang dan kamu bisa membalas segala kebaikan mereka kapan-kapan.

KAMU BOLEH MERASA INGIN MENANG SENDIRI. TAPI BUKANKAH MEREKA JUGA PUNYA HATI?
Kamu mungkin tidak tahu betapa hati orang disekitarmu selalu di dera rasa sakit tiap kali kamu megabaikan mereka. Ya, ibumu terluka tiap kali kamu selalu melontarkan alasan tidak bisa pulang ke rumah tepat waktu. Pun demikian halnya dengan ayahmu, beliau kecewa ketika ragamu berada di rumah namun fikiranmu terhisap pada layar ponsel.
Tidak hanya mereka, adikmu juga sebal ketika harus menghadapi sifatmu yang selalu ingin menang sendiri. Tahukah kamu, di usiamu yang sudah berkepala dua ini harusnya kamu bisa menjadi contoh panutan? Ya, tidak seharusnya kamu ingin menang sendiri dan mengharuskan setiap orang menuruti segala keinginan.
Belum lagi ketika kamu justru mengabaikan sahabat-sahabat yang sudah begitu baiknya hadir di dalam hidupmu. Kamu sengaja mengaku sedang sibuk dan enggan menghabiskan waktu ketika mereka butuh kehadiranmu. Kamu lebih menikmati ketika mereka bisa diajak berbagi suka. Namun saat mereka ingin sedikit membagi rasa dukanya, kamu langsung menyibukkan diri.

MAUKAH KAMU SEKARANG SEDIKIT MELUNAKAN KERASNYA KEPALA? “SELAMANYA” BUKAN BILANGAN WAKTU YANG SAH DI DUNIA. KAMU PERLU BERUBAH SEBELUM PENYESALAN DATANG MENYAPA
Kamu hanya diberi kehidupan sekali ini saja. Bertemu dengan orang-orang yang selalu membuat hatimu bahagia juga tidak selamanya. Ya, kamu tidak tahu kapan masa mereka di dunia akan habis, kamu bahkan juga tidak tahu kapan kontrakmu dengan Tuhan di bumi ini akan disudahi.
Jadi, sebelum segalanya terlambat dan kamu dilumat penyesalan, maukah kamu berbesar hati melunakkan kerasnya kepalamu? Maukah kamu tidak lagi mengabaikan mereka yang selalu berbuat baik padamu? Sebelum kamu tidak lagi memiliki kesempatan. Berbagi kasihlah kepada ayah, ibu, saudara serta kawan-kawanmu yag selama ini ada untukmu. Kamu tidak akan merugi justru perasaan gembiralah yang akan memenuhi hati.
“Mulai sekarang berjanjilah kepada diri sendiri bahwa kamu tidak akan mengulang kesalahan yang sama demi kebahagiaan yang akan kamu petik di masa depan.”

Tidak ada komentar: